Rajut Persatuan dan Tolerans. dr Susanti Hadiri Peringatan Tri Suci Waisak di Vihara Samiddha Bhagya
Rajut Persatuan dan Toleransi, dr Susanti Hadiri Peringatan Tri Suci Waisak di Vihara Samiddha Bhagya
Wali Kota Pematangsiantar dr Susanti Dewayani SpA bersama Ketua Dekranasda H
Kusma Erizal Ginting SH didampingi Sekda Junaedi Antonius Sitanggang SSTP MSi dan Staf Ahli Dra Happy Oikumenis Daely, menghadiri Peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE/2024 di Vihara Samiddha Bhagya, Jalan Thamrin Kota Pematangsiantar, Sabtu (18/05/2024) malam. Kehadiran dr Susanti sebagai momentum merajut persatuan, persaudaraan, dan kerukunan, dan menjaga toleransi beragama di Kota Pematangsiantar.
Peringatan Tri Suci Waisak diwarnai Pawai Waisak (Pradaksina) dengan mengelilingi jalan protokol Kota Pematangsiantar, yang langsung dilepas dr Susanti dengan pemukulan gong. Selanjutnya dr Susanti, Erizal Ginting, Junaedi Sitanggang, dan Happy Daely, turut dalam pawai berbaur dengan umat Buddha dari lembaga keagamaan Buddha, lembaga pendidikan/sekolah, dan ormas Tionghoa.
dr Susanti dalam arahan dan bimbingannya mengatakan, Perayaan Tri Suci Waisak bukan sekadar seremonial yang dilaksanakan setiap tahunnya. Namun merupakan salah satu wujud keyakinan dan bakti umat Buddha.
"Waisak memperingati tiga peristiwa penting Sang Buddha Sidharta Gautama. Ketiga peristiwa tersebut, yaitu kelahiran Sang Buddha, Sang Buddha mendapatkan penerangan, dan wafatnya Sang Buddha," katanya.
dr Susanti mengatakan, perayaan Waisak dapat dijadikan sebagai momentum untuk evaluasi diri agar lebih baik lagi, menyayangi orangtua, dan menyayangi sesama.
"Mari kita jadikan momentum ini sebagai pengingat diri untuk membina dan menjaga toleransi, sehingga antar umat beragama di Indonesia terutama Sumatera Utara, khususnya Kota Pematangsiantar hidup rukun dan damai," ujarnya.
Menurut dr Susanti, momentum Waisak sebagai wujud toleransi antar umat beragama yang selama ini terjalin erat di Kota Pematangsiantar.
“Karena itu seluruh umat beragama di Kota Pematangsiantar, khususnya umat Buddha menjadikan perayaan Waisak sebagai momentum merajut kembali rasa persatuan, persaudaraan, dan kerukunan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Pematangsiantar-Simalungun, Susanto dalam sambutannya mengatakan, merupakan suatu anugerah dr Susanti dan Erizal Ginting dapat menghadiri malam perayaan Waisak.
Waisak tahun ini, menurut Susanto, puncaknya pada 4 Juni 2024.
"Namun sejak Mei dan hingga Juni bisa dilaksanakan perayaan Waisak," ujarnya, seraya menyampaikan untuk perayaan Waisak tahun ini pihaknya memilih mengadakan doa bersama dan Pradaksina mengelilingi jalan protokol Kota Pematangsiantar.
"Pradaksina bertujuan doa bersama. Kami melakukan perenungan terhadap peristiwa penting sehingga meyakinkan kami terhadap ajaran Buddha semakin kuat dan kokoh. Di samping itu, selain keyakinan kami semakin kuat, kualitas batin pikiran kami semakin meningkat. Semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sukses," jelas Susanto.
Tidak lupa Susanto mengatakan, mewakili Walubi dan umat Buddha mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar, terutama dr Susanti, atas support dan dukungannya.
"Sehingga acara ini dapat kita laksanakan, meskipun sederhana namun kiranya dapat bermanfaat bagi umat Buddha," tukasnya.
Peringatan Tri Suci Waisak 2568 BE/ 2024, ditandai dengan penyalaan Lilin Pelita oleh Sekda Junaedi Sitanggang dan Staf Ahli Happy Oikumenis Daily, Ketua Walubi Susanto, perwakilan Kapolres, serta beberapa perwakilan umat Buddha.
Tampak hadir Kapolres Pematangsiantar diwakili Iptu Agustina Tria Dewi, penyelenggara Buddha Gunawan, Ketua Majelis Vihara Samiddha Bhagya sekaligus Ketua Majabumi Tanah Suci Erbin Chandra, Ketua Maju Bumi Candra, Ketua (Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI) Susanto Wijaya, Ketua Cen Fo Cong Kasogatan At Lian, Ketua Guang Ci Li Pohon, Camat Siantar Barat Herwan AR Saragih, Ketua Panitia Jimmy, muda/mudi dari Persaudaraan Pemuda Vihara Avalokitesvara, Generasi Muda Vihara Samidoha Bhagya, Tim Barongsai Vihara Avalokitesvara, dan umat Buddha. (*)